Menilik Kurikulum 2013 dengan kacamata SWOT
Di Indonesia, istilah kurikulum mejadi popular sejar tahun 1950-an yang diperkenalkan oleh sejumlah kalangan pendidikan lulusan Amerika Serikat. Sebelumnya, kita lebih akrab dengan istilah rencana pembelajaran. Hakikatnya, kurikulum sama dengan rencana pembelajaran dan yang membedakan hanyalah cara pandangnya.[1]
Menurut Hilda Taba dalam buku Curriculum Development, Theory, and Practice mendefinisikan kurikulum sebagai a Plan for Larning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak. Kemudian J. Galen dan Williams M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Theaching and Learning memberikan definisi kurikulum sebagai the sun total of school’s efforts to influence Learning, whether in the classroom, on the playground or out of school. yang artinya, segala usaha sekolah guna mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, atau diluar sekolah disebut kurikulum, termasuk juga dengan kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan J.Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School Improvement berpendapat bahwa kurikulum mencakup metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan semua program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi, dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, Kurikulum adalah rancangan pembelajaran yang disusun dalam dunia pendidikan guna mempermudah tercapainya tujuan suatu pendidikan. Keberhasilan suatu pendidikan sangat bergantung kepada kurikulumnya, lalu apakah kurikulum di Negara ini buruk??, Sehingga sering kali berganti kurikulum, sampai-sampai ada istilah “ganti mentri , ganti kurikulum”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan kurikulum antara lain meliputi sistem politik, ekonomi, sosial, budaya dan Iptek dalam Masyarakat. Indonesia telah mengalami beberapakali pergantian kurikulum, Mulai dari Kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan sampai saat ini yaitu kurikulum 2013.[2]
B. Pengertian Kurikulum 2013 dan Kajian Pelaksanaanya
Kurikulum Berbasis kompetensi masih menjadi dasar dari lahirnya kurikulum 2013. Secara Falsafati, Pendidikan adalah Proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaanya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, sesama manusia, dan alam semesta segenap isinya, serta peradabanya.[3] Mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagai amanat UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35, yang menjelaskan kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Kronologi Pelaksanaan kurikulum 2013[4]
Januari 2013
Pembentukan Tim penyusun Kurikulum 2013 berdasarkan surat keputusan Mendikbud No. 015/P/2013
April 2013
Inspektur Jendral Kemendikbud berkirim surat kepada Mendikbud memperingatkan bahwa apabila persiapan belum diyakini maka pelaksanaan kurikulum baru, perlu ditunda mengingat waktu yang semakin sempit
Juli 2013
· Penerapan Kurikulum 2013 di 6.221 sekolah sasaran
· Persiapan guru inti dan sasaran dengan menerapkan pelatihan berjenjang selama lima hari dan bersamaan dengan waktu dimulainya tahun pelajaran 2013/2014
· Buku kurikulum belum siap, kecuali tiga buku yang sudah selesai ditulis untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, Matematika dan sejarah
September 2013
Survei persepsi terhadap Kepala Sekolah, Guru, Orangtua dan Siswa di sekolah sasaran, dua bulan sesudah Kurikulum 2013 di terapkan. Dan tidak adalagi Survei/evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 sampai akhir tahun Pelajaran 2013/2014 selesai.
Juli 2014
Penerapan Kurikulum 2013 di seluruh sekolah
Agustus 2014
Buku Semester 1 belum terdistribusikan di lebih dari 60.000 sekolah
Oktober 2014
Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 159 Tahun 2014 untuk mengevaluasi kurikulum 2013 secara menyeluruh baru dikeluarkan pada tanggal 14 Oktober 2014, sesudah penerapan Kurikulum 2013 diseluruh sekolah dilakukan.
November 2014
Per tanggal 25 November 2014, buku semester 1 kurikulum 2013 belum diterima di 19% kabupaten/kota untuk tingkat SD, 32% kabupaten/kota tingkat SMP, dan 22% Kabupaten/kota untuk tingkat SMA dan SMK
C. Analis SWOT : Sebagai Analisis Kurikulum 2013
Analisis SWOT merupakan sebuah metode yang berfungsi sebagai alat identifikasi atau mengelompokan faktor-faktor yang berpengaruh ketika menganalisa sesuatu.[5] Analisis SWOT didasarkan pada logika akal sehat yang mencakup kekuatan dari dalam kurikulum 2013 (strengths), peluang dari dalam kurikulum 2013 (opportunities), kelemahan yang ada di kurikulum 2013 (weaknesses), dan ancaman dari lingkungan pelaksanaan kurikulum 2013 atau threats. Cara menyusun data di dalam analisis ini adalah dengan menggunakan alat pengumpul data yang bersifat objektif.[6]
Dalam keterangan yang lebih lengkap, strengths merupakan situasi atau kondisi kekuatan yang ada pada kurikulum 2013. Weaknesses adalah kelemahan dari dalam pada kurikulum 2013. Opportunities merupakan situasi atau kondisi yang dijadikan sebagai peluang dari kurikulum 2013. Sedangkan yang terakhir adalah threats. Threats merupakan ancaman yang berada di Luar kurikulum 2013.
Dengan penjelasan di atas, maka fungsi utama SWOT yaitu sebagai salah satu alat analisis kebijakan pendidikan. Tujuannya adalah untuk mengetahui peluang, kelemahan, kesempatan dan kemungkinan-kemungkinan buruk yang muncul dari pelaksanaan kebijakan pendidikan. Setelah diketahui peluang, kelemahan, kesempatan dan kemungkinan-kemungkinan buruk yang muncul dari pelaksanaan kebijakan pendidikan, hal yang dilakukan berikutnya adalah memberi penilaian dan solusi dari pelaksanaan kebijakan pendidikan. Dengan demikian, SWOT merupakan metode yang digunakan untuk menilai dan memberi solusi atas masalah yang muncul. Saya akan mencoba mengaitkan SWOT dengan Kurikulum 2013.
a. Kekuatan Kurikulum 2013(Strengths)
1) Lebih menekankan pada pendidikan Karakter, agar peserta didika lebih kreatif dan inovatif.
2) Memiliki sifat Eksplorasi, Peserta Didik memiliki kesempatan untuk “mencari informasi yang luas dalam topik/tema yang sedang dipelajari”.
3) Pendekatan saintifik, berupa kegiatan belajar dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi agar peserta didik lebih aktif.
b. Kelemahan Kurikulum 2013 (Weakness)
1) Penilaian Sikap Spiritual dan social yang rumit dari sisi administrative, mengingat jumlah siswa yang bisa mencapai puluhan hinga ratusan yang harus diamati oleh guru.
2) Kurangnya Sosialisasi lebih lanjut dan follow up tentang kurikulum 2013, karena di lapangan masih banyak guru yang bingug terutama dengan evaluasinya
3) Rumusan Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar mengandung kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi dan logika.
4) Bertambahnya jam pelajaran perminggu, menjadi: SD 4 jam, SMP 6 jam, SMA 2 jam, dan SMK menjai 48 jam/minggu. Dalam hal ini tidak ada penjelasan lebih lanjut. Indonesia termasuk jumlah hari tertinggi waktu belajarnya didunia, sama dengan Korea Selatan.
c. Peluang dari pelaksanaan Kurikulum 2013 (Opportunities)
1) Kesiapan terletak pada guru. Guru harus terdorong kreatif dan memicu kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus. Menjadi peluang bagi guru untuk lebih meningkatkan pendidikan dan pelatihan dari program sekolah
2) Perbedaan mendasar K13 dari KBK dan KTSP juga diklaim berdasarkan pengembangan kompetensi yang sebelumnya berbasis mata pelajaran menjadi didasarkan kada Kurikulum Inti (KI). Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih berdasarkan mata pelajaran. Hal ini dapat dicermati dari sub tema yang dikembangkan dalam buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang terjadi sebenarnya bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub tema) dengan tema yang telah ditetapkan, padahal sub tema tersebut tidak jelas relevansinya dengan tema. Pada kelas 1, kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan subtema mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu demikian untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan Alam (IPS) disambungkan dengan Garis Bilangan (Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu setiap guru mampu mengkaitkan keduanya.
3) Digunakannya pendekatan tematik. Kalau ada bagian yang dipandang berbeda mungkin di sinilah letak perbedaan K13 dan KTSP. Di jenjang sekolah dasar, pembelajaran tematik K13 diberlakukan pada seluruh tingkatan kelas, sementara sebelumnya hanya diterapkan di kelas bawah (kelas 1-3). Hanya saja, berdasarkan buku-buku yang diterbitkan oleh pemerintah, struktur materi pelajaran (sub tema) mulai kelas IV ke atas tidak lebih dari kliping materi pelajaran yang berlaku dalam KBK dan KTSP, sekedar untuk menyamarkan mata pelajaran ke dalam tema-tema yang telah ditentukan. Dengan kata lain, substansi pembelajaran pada K13 sebenarnya tidak berbeda dari sebelumnya, sebab yang berbeda hanya dalam penempatannya.
d. Tantangan dari pelaksanaan Kurikulum 2013 (Threats)
1) Rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013 mengandung kelemahan-kelemahan dari sisi subtansi dan logika, sehingga berpengaruh kepada Indikator-Indikator Kompetensi Dasar dan penyusunan bahan ajar.
2) Ditiadakannya TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) karena bukan sebagai mata pelajaran, tetapi sebagai media pembelajaran. Maka semua guru harus mampu menguasai teknologi.
3) Perbedaan mendasar K13 dan KTSP juga diklaim berdasarkan pengembangan kompetensi yang sebelumnya berbasis mata pelajaran menjadi didasarkan pada Kurikulum Inti (KI). Faktanya, buku-buku pelajaran K13 tidak demikian. KD pembelajaran masih berdasarkan mata pelajaran. Hal ini dapat dicermati dari sub tema yang dikembangkan dalam buku-buku K13 persis sama dengan mata pelajaran. Yang terjadi sebenarnya bahkan pemaksaan materi pelajaran (sub tema) dengan tema yang telah ditetapkan, padahal sub tema tersebut tidak jelas relevansinya dengan tema. Pada kelas 1, kompetensi yang dikembangkan dalam tema dan subtema mungkin masih relevan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu demikian untuk kelas IV. Sebagai misal, materi Kenampakan Alam (IPS) disambungkan dengan Garis Bilangan (Matematika) yang berdasarkan buku terbitan pemerintah jelas tidak jelas relevansinya. Kalaupun relevan, belum tentu setiap guru mampu mengkaitkan keduanya.
e. Kesimpulan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, karena merupakan penyempurnaan maka secara tidak langsung kurikulum ini lebih baik dari kurikulum sebelumnya, hanya saja untuk mengaplikasikan sebuah kurikulum baru, maka tidak bisa di laksanakan dalam waktu yang singkat, karena untuk memahamkan dan merubah cara mengajar guru itu sangat bervariasi, di tambah lagi dengan banyaknya guru yang bisa di katakana gagap dalam teknologi, namun kurikulum ini mengharuskan teknologi masuk ke dalam pembelajaran. Kemudian cara evaluasi yang bukanya meringankan kinerja guru namun malah tambah memberatkan.
f. Solusi
Pergantian kurikulum merupakan pergantian inti dari pembelajaran, sehingga sebelum penerjunan kelapangan, perlu disiapkan dulu segala sesuatnya sebelum di putuskan untuk diturunkan dan diserempakkan. Lakukan sosialisasi agar semua guru paham betul tentang kurikulum 2013, ketika semuanya sudah paham barulah keputusan untuk menerapkan dilaksanakan, nah. Setelah kurikulum dilaksanakan, maka di adakan follow up dan evaluasi hal ini dilakukan untuk mengatasi kebingungan ketika ternyata dilapangan tidak sesuai dengan teori. Atau ketika seorang guru bingung dengan materi, media, atau metode. Maka bisa di sharingkan dan dicari solusinya dalam forum tersebut. Dan disisi lain juga guru lebih semangat dalam melaksanakan kurikulum 2013.
D. Penutup
Pergantian kurikulum merupakan pergantian inti dari pembelajaran, sehingga sebelum penerjunan kelapangan, perlu disiapkan dulu segala sesuatnya sebelum di putuskan untuk diturunkan dan diserempakkan. Lakukan sosialisasi agar semua guru paham betul tentang kurikulum 2013, ketika semuanya sudah paham barulah keputusan untuk menerapkan dilaksanakan, nah. Setelah kurikulum dilaksanakan, maka di adakan follow up dan evaluasi hal ini dilakukan untuk mengatasi kebingungan ketika ternyata dilapangan tidak sesuai dengan teori. Atau ketika seorang guru bingung dengan materi, media, atau metode. Maka bisa di sharingkan dan dicari solusinya dalam forum tersebut. Dan disisi lain juga guru lebih semangat dalam melaksanakan kurikulum 2013.
Selanjutnya adalah analisis SWOT. Analisis SWOT dalam Kurikulum 2013 merupakan sebuah metode yang berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi atau mengelompokan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 saat ini. Tujuannya agar setiap faktor serta dampak yang muncul dari Kurikulum 2013 tersebut kemudian memunculkan solusi atas permasalahan yang ada. Dengan kata lain, analisis Kurikulum 2013 dengan menggunakan menggunakan metode analisis SWOT merupakan usaha menemukan penyebab dan solusi dari berbagai permasalahan yang muncul setelah pelaksanaan Kurikulum 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas edisi 8 Maret 2013, kolom edukasi (atau bisa di akses melalui portal di http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/08/08205286/kurikulum.2013 diakses pada tanggal 2 Maret 2016 pukul 02:25)
Perkuliahan Desain dan Pegembangan Kurikulum oleh Dr. Ahsan Hasbulloh, M.Pd. pada tanggal 24 Februari 2016
Republika edisi 8 Desember 2014 (atau bisa di akses melalui portal di http://www.republika.co.id/berita/kemendikbud/berita-kemendikbud/14/12/08/ng9bi6-seputar-keputusan-mendikbud-tentang-penghentian-kurikulum-2013 diakses pada tanggal 2 Maret 2016 pukul 02:25)
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. 2003. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Tilaar, H.A.R. dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yamin, Moh. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan.2010. Yogyakarta: Diva Press.
[1] Moh Yamin. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan (Yogyakarta: Diva Press,2010), hlm. 21
[2] Perkuliahan Desain dan Pegembangan Kurikulum oleh Dr. Ahsan Hasbulloh, M.Pd. pada tanggal 24 Februari 2016.
[3] Kompas edisi 8 Maret 2013, kolom edukasi (atau bisa di akses melalui portal di http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/08/08205286/kurikulum.2013 diakses pada tanggal 2 Maret 2016 pukul 02:25).
[4] Republika edisi 8 Desember 2014 (atau bisa di akses melalui portal di http://www.republika.co.id/berita/kemendikbud/berita-kemendikbud/14/12/08/ng9bi6-seputar-keputusan-mendikbud-tentang-penghentian-kurikulum-2013 diakses pada tanggal 2 Maret 2016 pukul 02:25).
[5] Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003) hlm. 15.
[6] H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 138.

Post a Comment for "Menilik Kurikulum 2013 dengan kacamata SWOT"
silahkan tulis pendapatmu disini