Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TITIK CELAH KEBANGKITAN INDONESIA DI TENGAH EXPLOITASI


TITIK CELAH KEBANGKITAN INDONESIA DI TENGAH EXPLOITASI
(Bisri Mustofa)[1]
Pendidikan suatu bangsa sangat menentukan kesejahteraan bangsa, Oleh karena itu ketika suatu Negara menginginkan kesejahteraan maka hendaklah ia memperbaiki sektor pendidikan di Negaranya. Perkembangan pendidikan di Indonesia yang dirintis sejak masa kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 sampai sekarang terus mengalami perkembangan dan telah berhasil mencerdaskan sebagian besar masyarakat, walaupun tetap disadari bahwa persoalan kualitas pendidikan tetap menjadi agenda peramsalahan bangsa khususnya yang berkaitian dengan tuntutan dan tantangan dunia global dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat modern di masa depan.
“Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 30 ayat 1 menyebutkan bahwa tiaptiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran atau pendidikan (Masyri, 1999)”.
Pendidikan atau paedagogiek adalah ilmu yang menjelaskan tentang bagaimana mendidik dan membimbing kepada anak atau pendidikan itu adalah upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak anak. Sehingga anak dapat menyelaraskan dengan lingkungan sekitarnya.[2]
Tapi ketika kita melihat keluar, banyaknya tawuran antar sekolah dimana mana, anak putus sekolah karena tak punya biaya, kemiskinan yang merajalela, dan korupsi pejabat membabi buta, Nampaknya hal ini sudah menjadi “label” pada Negara kita, dan ketika aku melihat atau mendenganr kata “indonesiaku jaya”, dalam benakku muncul tanda Tanya besar. Apakah mungkin, Indonesia bisa seperti itu?, atau pada saat kesebelasan Indonesia bertanding dengan kesebelasan dari Negara lain, muncul kembali pertanyaan apakah mungkin kemenangan dapat di raih oleh Negara kita?. Labeling bahwa Indonesia adalah Negara terkorup, Indonesia adalah Negara yang miskin, Indonesia adalah Negara yang kurang peduli dengan pendidikan Nampaknya labe label itu sudah melekat pada Negara kita. Karena dalam teori labeling
Teori label menunjukkan bahwa orang mendapatkan label dari bagaimana orang lain melihat kecenderungan atau perilaku mereka. seseorang menjadi menyimpang karena proses labeling atau pemberian cap, julukan, etiket , merek dan stigma yang sudah diberikan masyarakat kepadaya. Akibat dari stigma itu, maka seseorang tersebut merasa jelek dan tidak bisa diterima oleh masyarakat.
Dan karena Indonesia sudah terkena label label di atas maka kemampuan Indonesia untuk maju, kemampuan untuk menjadi lebih baik. Serasa tidak mungkin untuk Negara kita. Label bahwa Indonesia Negara yang kurang peduli dengan pendidikan masih tetap menjadi label paten untuk Indonesia, walaupun sebenarnya Indonesia tau, dan Indonesiapun mengerti tentang apa yang harus di lakukan namun terkungkung dalam label membuat Indonesia semakin terpuruk dan terpuruk dalam ketertindasan.
Sebenarnya ketika Indonesia mampu mengelola perekonomian dengan baik, mengelola sumber daya alam dengan baik, tiada tangis ratapan kemiskinan di Negara nan hijau ini, akan tetapi banyaknya korupsi, exploitasi sumber daya alam oleh asing, menggeloraknya system kapitalisme membuat Indonesia menjadi Negara buruh. Negara pekerja, dan menjadi rakyat yang mengais ngais sampah di hamparan luasnya sawah.
Skill adalah modal utama menuju kejayaan suatu bangsa, karena ketika rakyat Indonesia mempunyai kemampuan untuk mengelola maka Indonesia akan menjadi Negara adi penguasa. Tapi semua itu tidak akan bisa lepas dari kualitas sebuah pendidikan di Negara Indonesia, ketika system pendidikan masih seperti ini maka Indonesia 10 tahun yang akan datang tak jauh berbeda dengan sekarang, karena banyaknya korupsi, tawuran antar pelajar, kemiskinan, semua itu adalah hasil dari pendidikan yang kurang maksimal. Sehingga untuk mengubah itu semua, terlebih dahulu kita merubah dari akarnya. Yaitu “pendidikan”[3]





Daftar Pustaka
Ekosusilo, Madyo, 1990. RB.Kasihadi, Dassr-Dasar Pendidikan, Semarang: Effhar Publishing.
Langgulung, Hasan, 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Masyri, Abd. Rasyid, 1999. Fungsi Filsafat pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Ujungpandang: Pascasarjana IKIP.
Soedijarto, 1991. Mencari Pengembangan Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: PT Grasindo.
Soemanto, Wasty, 1984. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, Malang: Bina Aksara.



[1] Mahasiswa STAIN Purwokerto semester  5PAI5
[2] Jurnal Hunafa Vol. 1, No. 1, April 2004

[3] Analisis diri dan hasil diskusi

Post a Comment for "TITIK CELAH KEBANGKITAN INDONESIA DI TENGAH EXPLOITASI"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel