Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

permasalahan pendidikan

PERMASALAHAN PENDIDIKAN











Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Donny Khoirul Aziz, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Fathia Istiqomah (102331205)
2. Nurlaely Ustadzah (102331192)
3. Amrun Ardiantama (102331195)
4. Bisri Mustofa (102331199)
5. Zulfani’mah (102331202)




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2011
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bicara tentang permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara tentang pendidikan kita dewasa ini dalam prsepektif masa depan. Pendidikan sesungguhnya selalu bersangkut paut dengan masa depan sebab,seperti sudah dirumuskan dalam pasal 1 UUPN No.2 1989,pendidikan pada dasarnya adalah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,pengajaran,dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang”. Akan tetapi dalam kenyataan,sungguhkah kegiatan pendidikan kita,baik melalui jalur sekolah,maupun luar sekolah, sudah kita rancang dan kita laksanakan dengan kesadaran penuh akan perlunya mempersiapkan generasi muda kita agar mampu mengahadapi tantangan hidupnya dimassa depan?. Dalam kenyataan, salah satu lembaga sosial yang paling konser vatif dan statis dalam masyarakat adalah lembaga pendidikan, khususnya sekolah. Sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sering kurang mampu mengikuti dan menanggapi arus perubahan cepat yang terjadi dalam masyarakat.
Supaya kegiatan pendidikan yang kita selenggarakan mampu secara berhasil guna membekali peserta didik dalam menghadapi tantangan hidupnya di masa depan,kita harus mampu mengantisipasi (berdasarkan kecenderungan-kecenderungan yang sampai sekarang ada) apa yang akan menjadi tantangan hidup mereka dimasa depan. Karena itu, dalam merumuskan beberapa tantangan dunia pendidikan di Indonesia, selain memperhatikan situasi dan kondisi dunia pendidikan kita dewasa ini, kita akan memfokuskan perhatian pada berbagai tantangan hidup yang di masa mendatang akan dihadapi generasi muda kita. Mengingat situasi dan kondisi pendidikan di Indonesia dewasa ini yang secara umum masih memprihatinkan, masih ditambah dengan krisis ekonomi yang sekarang sedang melanda bangsa kita, masih ada berbagai permasalahan penting dan mendesak untuk ditanggapi .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana permasalahan pendidikan di Indonesia?
3. Apa langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia?
4. Apa bentuk/contoh permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia?


PEMBAHASAN

A. Kualitas Pendidikan Indonesia
Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Kedua,peringkat Human Development Index(HDI) Indonesia yang masih rendah. Ketiga, laporan International Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Keempat, mutu akademik antarbangsa melalui Programme for International Student Assessment menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38, sementara untuk bidang Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-39. Kelima,laporan World Competitiveness Yearbook tahun 2000, daya saing SDM Indonesia berada pada posisi 46 dari 47 negara yang disurvei. Keenam, posisi Perguruan Tinggi Indonesia yang dianggap favorit, seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada berada pada posisi ke-61 dan 68 dari 77 perguruan tinggi di Asia(Asiaweek, 2000). Ketujuh, ketertinggalan bangsa Indonesia dalam bidang IPTEK dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Indikator rendahnya kualitas pendidikan Indonesia diatas lebih memprihatinkan lagi dengan data Kementrian Pemuda dan Olahraga yang menyatakan bahwa sebanyak 37,06 persen pemuda Indonesia hanya lulus Sekolah Dasar(SD) . Selain itu, maraknya jual beli gelar yang menghasilkan gelar dan ijazah palsu. Gelar tersebut diperoleh tanpa melalui proses pendidikan yang sebenarnya .
B. Permasalahan Pendidikan
1. Masalah Mutu Pendidikan yang Masih Rendah
Berkaitan dengan tantangan era globalilasi, untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing melawan bangsa-bangsa lain dan bekerja sama secara sederajat dengan mereka, masalah utama yang kita hadapi adalah kenyataan bahwa pada umumnya mutu pendidikan kita relatif masih rendah . Rendahnya mutu sekolah misalnya tampak dari rendahnya mutu lulusan di hamper semua jenjang pendidikan formal, seperti:
• Rendahnya nilai rata-rata yang dicapai dalam EBTANAS dan UMPTN,
• Rendahnya daya serap peserta didik dalam memahami bahan pelajaran yang diberikan dan,
• Rendahnya tingkat keterkaitan dan kesesuaian antara lulusan yang ada dengan kebutuhan akan tenaga kerja dalam masyarakat
Penyebab pokok rendahnya mutu lulusan tersebut, seperti:
o faktor dana pendidikan yang relative masih kecil,
o faktor sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai,
o faktor kurikulum yang kurang menunjang peningkatan mutu karena masih terlalu sentralistis, tidak realitis terhadap kondisi nyata siswa , dan sarat beban,
o faktor “kesemrawutan” sistem administrasi dan manajemen pendidikan kita, termasuk di dalamnya faktor terlalu besarnya campur tangan birokrasi pemerintah, dan
o faktor rendahnya mutu guru
Kalau faktor-faktor tersebut menjadi penyebab/ paling tidak ikut berpengaruh terhadap masalah masih rendahnya mutu sekolah-sekolah kita, maka upaya penanganan untuk meningkatkan mutu sekolah tentunya perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut. Mengenai faktor dana pendidikan , pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh tanpa tersedianya dana yang memadai. Kelemahan umum yang terpaksa harus ditanggung oleh banyak negara berkembang adalah belum mampunya negara menyediakan anggaran yang sungguh memadai untuk meningkatakan mutu pendidikannya.
Kurang dana berpengaruh pada kurang mamadainya sarana dan prasarana pendidikan yang dapat disediakan di sekolah-sekolah kita. Khususnya di daerah-daerah luar Jawa (di daerah pedesaan di Jawa pun masih berlaku) sarana dan prasaran pendidikan yang tersedia masih cukup memprihatinkan. Sarpras yang cukup vital, seperti tersediannya tenaga pendidik yang mencukupi , gedung sekolah dengan ruang-ruang kelas tersendiri, buku-buku pelajaran , buku bacaan dan alat peraga dalam proses belajar-mengajar saja kadang-kadang belum ada, apalagi sarana-sarana penunjang lain yang sebenarnya juga amat penting, seperti laboratorium, perpustakaan sekolah , alat-alat dan tempat olahraga , fasilitas untuk kegiatan prakarya dan kesenian, kebon percobaan dan bengkel latihan untuk sekolah kejuruan.
2. Masalah Masih Belum Memadainya Sistem Pembelajaran di Sekolah-Sekolah
Dalam proses belajar-mengajar, pengenalan, pemahaman, dan pelatihan metode atau cara kerja, beserta proses penalaran di balik perolehan pengetahuan , merupakan hal yang penting pula untuk diajarkan. Akan tetapi dalam kenyataan, kalau kita perhatikan apa yang terjadi dalam proses belajar-mengajar di cukup banyak sekolah kita sekarang ini, masih dominan sistem hafalan dan pelatihan soal-soal EBTA atau EBTANAS. Mungkin karena dalam kenyataan mutu sekolah sering dilihat dari tingginya angka NEM, maka hal tersebut amat diutamakan dalam proses belajar- mengajar . Di Perguruan Tinggi pun proses belajar-mengajar masih belum banyak berubah, karena masih dominan sistem klasikal bentuk kuliah mimbar. Partisipasi aktif peserta didik masih kurang.


Masih belum memadainya sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita tidak lepas dari faktor kurikulum yang terlalu padat dan kurang fleksibel . Kurikulum yang terlalu padat membuat pengajaran serba tanggung dan tergesa-gesa karena dihantui oleh ketakutan akan tidak terpenuhinya target yang sudah ditentukan. Akibatnya , pemahaman peserta didik menjadi dangkal dan lebih banyak hanya menghafal demi kelulusan dalam ujian. Selain itu, kurang fleksibelnya kurikulum karena sudah secara ketat ditentukan dari pusat, membuat pelaksanaan kegiatan belajar- mengajar di sekolah kurang sesuai dan tanggap terhadap kemajemukan lingkungan alam dan sosial budaya yang ada di Indonesia. Akibatnya relevansi dengan kebutuhan hidup setempat kurang dan ruang kebebasan bagi sekolah serta guru untuk mengembangkan kreativitasnya juga tidak tersedia. Kurikulum yang terlalu kaku dan terpusat yang hanya diperbarui setiap sepuluh tahun sekali juga kecenderungan tidak mamadai perubahan masyarakat yang cepat.
Lepas dari soal kurikulum ,untuk menghadapi perubahan sosial yang semakin cepat, sesungguhnya peserta didik kita sejak dalam pendidikan dasar perlu diajari bagaimana belajar secara mandiri. Salah satu cara untuk itu adalah sejak dini menumbuhkan dan memupuk sikap dan semangat gemar membaca, serta mencari informasi. Sikap dan semangat ini akan membuat peserta didik terpupuk rasa ingin tahunya dan kemampuannya untuk belajar mandiri, serta berkembang daya nalar dan imajinasinya. Pendidikan dasar haruslah mampu membekali lulusannya dengan kemampuan untuk membaca, menulis, dan berhitung yang sehari-hari diperlukan untuk dapat hidup dalam masyarakat dan terus belajar sendiri guna meningkatkan pengetahuannya. Akan tetapi dalam kenyataan, pendidikan dasar kita dalam membekali lulusannya dengan kemampuan-kemampuan dasar tersebut pun masih belum memadai. Mengenai pemupukan minat baca peserta didik, melambungnya harga buku akibat amat mahalnya harga kertas gara-gara krisis moneter juga menjadi kendala yang tidak bisa diatasi .
Karena dalam dunia persaingan mendatang keunggulan daya saing antara lain akan sangat ditentukan oleh mampu-tidaknya menguasai ilmu dan teknologi dalam diri peserta didik kita sejak dini perlu dipupuk budaya berfikir dan berperilaku ilmiah. Selain gemar membaca dan mencari informasi, budaya berfikir dan berperilaku ilmiah juga menuntut pengembangan sikap nalar, kritis, eksploratif maupun mencoba sendiri dan menguji pendapat, serta pengembangan daya-daya imajinasi kreatif.
3. Masalah Merajalelanya Krisis Moral yang Melanda Masyarakat Kita
Kalau suasana umum dalam masyarakat mencerminkan adanya krisis moral, cukup sulit bagi para pendidik untuk melalakukan pendidikan nilai, sebab nilai-nilai dengan susah payah ingin ditumbuhkembangkan dalam peserta didik, dalam praktik baik dalam keluarga maupn ditengah masyarakat banyak dilecehkan. Misalnya, kalau dalam lingkungan pendidikan ditekankan perlunya disiplin hidup dan kerja keras untuk bisa berhasil dalam hidup, sementara di tengah masyarakat peserta didik menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa keberhasilan hidup lebih dtekankan pada uang, kuasa, dan kelicikan, jelas penanaman nilai disiplin dan kerja keras menjadi sulit.
Cukup banyak pengamatan sosial yang mengatakan bahwa dibalik krisis moneter yang bukan menyebabkan krisis ekonomi, tetapi juga telah terjadi krisis politik dewasa ini (karena pemerintah Indonesia semakin kehilangan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri) sebenarnya juga telah terjadi krisis moral yang ikut menyebabkannya. Berbagai pratik korupsi, kolusi, manipulasi, dan nepotisme selama ini telah menggerogoti sendi-sendi kehidupan ekonomi yang sehat. Dalam dunia politik, juga telah lama terjadi pelanggaran etika politik. Kepentingan politik kekuasaan yang tidak segan-segan mengorbankan rakyat jelata yang tak berdosa melalui tindak kekerasan, entah dengan menyulut api emosi seputar masalah SARA atau dengan berondongan senjata, telah mendorong orang untuk menghalalkan segala cara. Kebenaran terus ditutup-tutupi, kebebasan dipasung, suara-suara kritis dibungkam. Akibatnya kebocoran-kebocoran terus terjadi tanpa kendali koreksi. Dalam masyarakat, berbagai bentuk keserakahan, ketidakpedulian akan sesama, telah menyebabkan rasa tangung jawab dan solidaritas sosial amat merosot. Masing-masing mencari untung selamat sendiri-sendiri.
Dari sisi pendidikan nilai , sebenarnya krisis ekonomi yang sedang kita alami ini dapat mengandung berkat yang tersembunyi (blessing in disguise) krisis ini telah memberi kesempatan bagi terkuaknya tabir kebohongan, keserakahan, kelicikan dan berbagai bentuk pelanggaran moral yang selama ini telah terjadi. Kalau kita mau membangun masa depan kita di atas pondasi yang kokoh, melalui pendidikan, kita perlu membekali generasi muda kita bukan hanya dengan pengetahuan dan keterampilan untuk hidup dalam percaturan global, tetapi juga dengan intregritas moral dan iman. Karena pendidikan nilai merupakan bagian intregral dari kegiatan pendidikan, juga masa depan, maka etika dan agama perlu dipelajari luar dan dalam .
Beberapa pokok permasalahan pendidikan di Indonesia menurut Umar(2004) adalah:
• belum ada standar nasional mutu;
• kurikulum nasional dan strukturnya;
• sistem ujian;
• sistem akreditasi;
• sistem pemantauan mutu pendidikan;
• sistem birokrasi pendidikan;
• sistem pembiayaan dan anggaran pendidikan;
• kesenjangan mutu antardaerah;
• kesadaran masyarakat akan pentingnya mutu

C. Upaya untuk Mengatasi Permasalahan Pendidikan
Peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan dapat ditempuh melalui program dan kebijakan:
1. Memberikan akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat terjangkau oleh layanan pendidikan, seperti masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah konflik/masyarakat penyandang cacat
2. Meningkatkan penyediaan pendidikan keterampilan dan kewirausahaan (pendidikan nonformal yang bermutu)
3. Meningkatkan penyediaan dan pemerataan sarana dan prasarana pendidikan
4. Meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan
5. Meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan
6. Menyempurnakan manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi dalam proses perbaikan mutu pendidikan
7. Meningkatkan kualitas kurikulum dan pelaksanaan yang bertujuan membentuk karakter dan kecakapan hidup(life skill)
Di sisi lain ada solusi sederhana tetapi mendasar dalam mengantisipasi problem yang ada, diantaranya: Pertama,pemasyarakatan pengikisan prinsip meniru dan “membebek” dalam kehidupan masyarakat, Kedua, sosialisasi pengikisan prinsip bangga tradisi wacana ceramah yang mengarah dagelan dan lawak, Ketiga, sosialisasi pengikisan terhadap kesukaan penyebaran isu, gosip, dan kabar burung menuju prinsip pembuktian faktual secara ilmiah, Keempat, sosialisasi pengikisan sikap dan prinsip masa bodoh dan permisif menuju konsep peduli terhadap dunia pendidikan, Kelima, sosialisasi pengikisan terhadap prinsip mencari keuntungan semu sesaat menuju kebahagiaan sejati dan hakiki waktu yang akan datang .




D. Contoh/Bentuk Permasalahan Pendidikan di Indonesia
1. Ebtanas/UN
Di tengah maraknya pro dan kontra tentang UN, nampaknya sebagian besar masyarakat menolak UN. Selama era Ebtanas kreativitas anak didik telah terbelenggu, kepribadian siswa sebagai manusia yang utuh tidak bisa berkembang dengan baik karena secara tidak langsung hanya disuruh untuk mengejar nilai ebtanas murni(NEM) yang tinggi. Bidang studi di luar yang diebtanaskan, seakan kurang mendapat perhatian dari guru maupun murid. Padahal, pada prinsipnya semua pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah baik dan perlu mendapat perhatian yang sama. Ebtanas lebih mengarah pada peningkatan aspek kognitif, dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotor siswa. Bisa kita lihat pada soal-soal UN(tahun lalu) hampir sebagian besar mengacu pada pengetahuan umum/hanya menguji kemampuan otak, tak ada soal yang berorientasi pada pembentukan mental dan kepribadian siswa selaku kader bangsa, akibatnya produk yang dihasilkanpun menusia-manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan tinggi, tetapi rendah kepribadiannya. Padahal, tiga aspek itu dalam dunia pendidikan sama-sama penting .
Mestinya, yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah(madrasah) adalah seberapa penguasaan siswa terhadap bidang studi keagamaan, tidak pada bidang studi yang diebtanaskan. Di pundak siswa ada beban yang sangat berat, yaitu tuntutan masyarakat/wali murid agar anak didiknya memperoleh NEM yang tinggi sebagai “senjata pamungkas” untuk melanjutkan studi ke jenjang sekolah yang lebih tinggi tanpa harus melewati tes. Akibatnya, mereka akan melakukan penyimpangan-penyimpangan profesional berupa kegiatan pembelajaran yang menitikberatkan pada penguasaan materi pembelajaran yang diebtanaskan.
Disisi lain, banyak alasan UN masih perlu dipertahankan, diantaranya untuk memotivasi siswa agar terus bersemangat dalam belajar, untuk standarisasi dunia pendidikan di Indonesia, serta pemetaan mutu pendidikan. Beberapa langkah efektif untuk kesuksesan UN, antara lain pengayaan materi, latihan soal-soal, mengadakan try out, bila perlu mengadakan istighotsah maupun doa bersama agar dalam mengerjakan soal-soal UN bisa lancar dan sukses.
2. Tawuran
Dunia pendidikan Indonesia saat ini sedang dilanda krisis, salah satu bentuknya krisis moral di kalangan pelajar, yaitu tawuran. Tawuran tidak hanya terkait dengan dendam antar murid/antar sekolah, tetapi juga kesempatan, lingkungan sosial, waktu kosong, kurangnya perhatian dari keluarga dan masyarakat, dan teknologi informasi yang semakin maju. Informasi yang diterima bisa memengaruhi terhadap perilaku manusia, banyaknya film-film dengan cerita kekerasan, menyebabkan para pelajar terpengaruh dan mempraktekannya dalam kehidupan nyata.
Menurut Dr.Arief Rahman, ahli pendidikan juga kepala SMU Lab IKIP Jakarta, ada 4 yang harus dilakukan untuk mengatasi tawuran, diantaranya: Pertama, memberi informasi kepada kepala sekolah, guru, orang tua, anak, dan masyarakat mengenai tawuran yang jelas tidak ada nilai positifnya sama sekali, Kedua, memberi kegiatan edukatif, yaitu kegiatan yang melibatkan semua unsur tersebut untuk membahas dan memberi alternatif kegiatan yang bernilai pendidikan dam mengandung nilai positif, Ketiga, memberi kegiatan sifatnya alternatif(bersifat rehabilitatif) bagi pelajar yang mengalami penyimpangan sikap. Untuk tahap ini melibatkan psikolog, psikiater, dan ahli lainnya .



















PENUTUP

1. Kesimpulan
Permasalahan pendidikan di Indonesia, diantaranya masalah mutu pendidikan yang masih rendah, masalah masih belum memadainya sistem pembelajaran di sekolah-Sekolah, dan masalah merajalelanya krisis moral yang melanda masyarakat kita. Beberapa pokok permasalahan pendidikan di Indonesia menurut Umar(2004) adalah:
 belum ada standar nasional mutu
 kurikulum nasional dan strukturnya
 sistem ujian
 sistem akreditasi
 sistem pemantauan mutu pendidikan.
Sedangkan upaya untuk mengatasinya antara lain: meningkatkan pelaksanaan wajar sembilan tahun yang bermutu, memberikan akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat terjangkau oleh layanan pendidikan, seperti masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah konflik/masyarakat penyandang cacat, dan meningkatkan penyediaan pendidikan keterampilan dan kewirausahaan(pendidikan nonformal yang bermutu).
Di sisi lain ada solusi sederhana tetapi mendasar dalam mengantisipasi problem yang ada, diantaranya: Pertama,pemasyarakatan pengikisan prinsip meniru dan “membebek” dalam kehidupan masyarakat, Kedua, sosialisasi pengikisan prinsip bangga tradisi wacana ceramah yang mengarah dagelan dan lawak, Ketiga, sosialisasi pengikisan terhadap kesukaan penyebaran isu, gosip, dan kabar burung menuju prinsip pembuktian faktual secara ilmiah, Keempat, sosialisasi pengikisan sikap dan prinsip masa bodoh dan permisif menuju konsep peduli terhadap dunia pendidikan.
2. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak memiliki kekurangan dan kesaslahan karena penulis masih dalam tahap proses pembelajaran. Oleh karenanya, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA


Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003.

A.Atmadi dan Y. Setiyaningsih, Trasformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga, Yogyakarta : Kanisium, 2000.

Al.Purwa Hadiwardoyo,dkk, Mengagas Paradigma Baru Pendidikan Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalilasi, Yogyakarta : Kanisium, 2006.

Mochtar Buchori, Prospek Pendidikan Nasional dalam Menghadapi Era Globalilisasi, Yogyakarta : Education, 1996.

Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta : Rajawali Pers, 2009.

Rindang No 9 Th XXVII, April 2002 dan Rindang No 7 Th XXXV, Februari 2010

Post a Comment for "permasalahan pendidikan"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel