KLASIFIKASI ILMU MENURUT FILOSOF MUSLIM
KLASIFIKASI ILMU MENURUT FILOSOF MUSLIM
Di susun dan di ajukan guna memenuhi tugas terstruktur
Mata kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen pengampu : Suparjo, S.Ag.,M.A.
Di susun oleh :
Isnaeni Rahmawati (102331196)
Dian Isti’anah (102331197)
Hafidz Fardiansyah (102331198)
Bisri mustofa (102331199)
Tarbiyah/III/ PAI 5
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2011
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat merupakan suatu ilmu yang mencangkup seluruh lapangan ilmu pengetahuan, baik yang teoritis maupun yang praktis. Kenyataan ini dapat disaksikan dengan adanya temuan-temuan yang dihasilkan oleh para filosof Islam sendiri, seperti Al-Kindi ahli ilmu pasti dan ahli falak yang tersohor, Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan ahli bidang kimia, Abu Raihan Ibnu Ahmad ahli bidang falak, Ikhwan As-Shafa’ seorang ahli matematika, fisika dan ilmu jiwa, Ibnu Sina ahli dalam bidang kedokteran yang karyanya Qanun fi at-Thibb menjadi rujukan baik di dunia Barat maupun Timur, Ibnu Bajjah seorang pemikir yang sangat teliti dengan karyanya yang paling populer Tadbir al-Mutawahhid.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap filosof adalah ilmuan, karena filsafat terdiri atas dasar ilmu pasti dan ilmu alam. Akan tetapi, tidak setiap ilmuan adalah seorang filosof.
Pada masa peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya, ketika itu antara filsafat, sains dan agama berbaur menjadi satu sehingga saling mempengaruhi. Setelah abad ke-6 amat disayangkan para filosof hanya memikirkan atau mengulas masalah-masalah filsafat saja tanpa berpijak pada dasar ilmu yang melandasinya (ilmu pasti dan alam). Akibatnya, terputuslah hubungan antara filsafat dengan sains, bagaikan kepala tanpa badan dan tubuh tanpa roh.
Didalam makalah ini akan mengulas tentang beberapa filosof muslim dimana pemikiran mereka mempengaruhi khazanah ilmu pengetahuan didunia.
B. Rumusan masalah
1) Pembahasan Ikhwan As-Shafa’ dan klasifiksi ilmu menurutnya
2) Pembahasan Ibnu Bajjah dan klasifikasi ilmu menurutnya
3) Pembahasan Ibnu Sina dan klasifikasi ilmu menurutnya
4) Pembahasan Al-Farabi dan klasifikasi ilmu menurutnya
PEMBAHASAN
A. Ikhwan As-Shafa’
v Sejarah lahir
Ikhwan As-Shafa’ (Brethren of Purity atau The pure Brethen) adalah nama sekelompok pemikir Muslim rahasia (filosifiko-religius) berasal dari sekte Syiah Islamiyah yang lahir di tengah-tengah komunitas sunni sekitar abad ke-4 H / 10 M di Bashrah.[1] Ia adalah seorang tokoh filosof Muslim yang juga ahli dalam bidang matematika, fisika, ilmu alam, ilmu ketuhanan dan ilmu jiwa.
Lahirnya pemikiran Ikhwan As-Shafa’ ketika pembatalan teologi rasional Mu’tazilah sebagai mahzab Negara oleh Al-Mutawakkil, kaum rasionalis dicopot dari jabatan pemerintahan, kemudian diusir dari Baghdad. Penguasa melarang mengajarkan kesusastraan, ilmu dan filsafat. Mereka telah mengalami dekadensi moral. Ikhwan As-Shafa’ ingin menyelamatkan masyarakat dan mendekatkannya pada jalan kebahagiaan yang diridhai Allah. Menurut mereka, syariat telah dinodai dengan kejahilan dan dilumuri oleh kesesatan. Satu-satunya jalan untuk membersihkannya adalah filsafat.
v Klasifikasi Ilmu Menurutnya
Ada empat macam, diantaranya adalah :
a) At-Tawfiq dan At-Talfiq, pemikiran At-Tawfiq Ikhwan As-Shafa’ terlihat pada tujuan pokok bidang keagamaan yang hendak dicapai, yakni menyelaraskan antara agama Islam, filsafat dan juga antara agama-agama yang ada. Yang mana menurut klaim mereka, apabila dipertemukan dan disusun antara filasat Yunani dan syariah Arab, maka ia akan menghasilkan formulasi-formulasi yang lebih sempurna.[2]
At-Talfq adalah mengambil ajaran-ajaran dari sumber manapun yang mempunyai nilai benar dan baik selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Mereka tetap mengagungkan Islam sebagai ajaran utama dan ajaran yang terbaik. Menurut Ikhwan As-Shafa’ hal ini dilakukan hanya sekedar pelengkap untuk memudahkan pemahaman Islam itu sendiri.
b) Ketuhanan, Ikhwan As-Shafa’ melandasi pemahaman ketuhanan dengan pemikirannya pada angka-angka atau bilangan. Pengetahuan tentang angka membawa pada pengakuan tentang keesaan Allah. Angka satu diibaratkan Allah yang lebih dahulu dari yang lainnya. Ia juga melakukan al-tanzih dan meniadakan sifat serta al-tasybih pada Allah, Dia bersih dari bentuk dan berupa. Dia adalah Zat Yang Esa, yang tidak mampu makhluk-Nya untuk mengetahui hakikat-Nya.
c) Emanasi, filsafat emanasi Ikhwan As-Shafa’ terpengaruh oleh Pythagoras dan Plotinus. Menurutnya, Allah adalah Esa Pencipata dan mutlak Esa. Secara ringkas rangkaian proses emanasi itu sebagai berikut :
· Akal Aktif atau Akal Pertama (al-‘aql al-fa’al)
· Jiwa Universal (al-Nafs al-Kulliyyat
· Materi Pertama (al-Hayula al-Ula)
· Alam Aktif (al-Thabi’at al-Fa’ilat)
· Materi Absolut atau Materi Kedua (al-Jism al-Muthlaq)
· Alam Planet-Planet (‘Alam al-Aflak)
· Unsur-unsur alam terandah (‘Anashir al-‘Alam al-Sufla)
· Materi Gabungan, yang terdiri dari mineral tumbuh-tumbuhan, dan hewan. [3] Sementara itu, manusia termasuk dalam kelompok hewan, tetapi hewan yang berbicara dan berfikir.
d). Matematika, dalam pembahasan matematika Ikhwan As-Shafa’ dipengaruhi oleh Pythagoras yang mengutamakan pembahasannya tentang angka atau bilangan. Baginya, angka-angka mempunyai arti spekulatif yang dapat dijadikan dalil wujud sesuatu. Oleh sebab itu, ilmu hitung merupakan ilmu yang mulia dibanding ilmu empirik karena tergolong ilmu ketuhanan. Huruf Hijaiyyah yang 28 adalah hasil perkalian empat dan tujuh. Angka tujuh mengandung nilai kesucian, sedangkan angka empat menempati posisi penting dalam segala hal yang tercermin pada penciptaan Allah terhadap segala sesuatu dialam ini, seperti empat penjuru angin, empat musim, dan lainnya.
B. Ibnu Bajjah
v Sejarah hidup
Ibnu bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam kefilsafatan di Andalusia. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al-Sha’igh, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah di Saragosa (Spanyol) pada akhir abad ke-5 H / ke-11 M.
Menurut beberapa literatur, Ibnu Bajjah bukan hanya seorang filosof ansich, tetapi ia juga seorang saintis yang menguasai beberapa disiplin ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, astronomi, fisika, musikus dan matematika. Ia juga aktif dalam dunia politik, sehingga Gubernur Saragosa Daulat Al-Murabith, Abu Bakar Ibnu Ibrahim Al-Sahrawi mengangkatnya sebagai Wazir. Sewaktu Saragosa jatuh ke tangan Raja Alfonso I di Aragon,(512 H / 118 M) ia terpaksa pindah ke kota Seville via Valencia, di kota ini ia bekerja sebagai Dokter. Kemudian ia pindah ke Granada dan Afrika Utara, pusat kerajaan Murabith Barbar. Ia juga berangkat ke Fez, Maroko. Di kota ini ia diangkat menjadi Wazir oleh Abu Bakr Yahya Ibnu Yusuf Ibnu Tashfin selama 20 tahun.
Akhirnanya di kota inilah ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada bulan Ramadhan 533 H / 1138 M. menurut beberapa informasi, kematiannya karena diracuni oleh temannya, seorang Dokter yang iri hati terhadap kegeniusannya.
v Klasifikasi Ilmu Menurutnya
Ada beberapa macam, diantaranya :
1) Metafisika (ketuhanan), menurutnya segala yang ada (al-maujudat) terbagi dua : yang bergerak dan yang tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas). Jadi gerakan alam ini -jisim yamg terbatas- digerakan oleh ‘Aql (bukan dari substansi alam sendiri). Sedangkan yang tidak bergerak adalah ‘Aql, ia menggerakan alam dan ia sendiri tidak bergerak. ‘Aql inilah yang disebut dengan Allah (‘Aql, ‘Aqil dan Ma’qul) sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Farabi dan Ibnu Sina. Ia juga mendasarkan filsafat metafisikanya pada fisika. Argumen adanya Allah adalah dengan adanya gerakan di alam ini. Jadi, Allah adalah azali dan gerakannya bersifat tidak terbatas. Allah tidak hanya penggerak, tetapi Ia adalah pencipta dan pengatur alam.
2) Materi dan bentuk, menurutnya materi (al-Hayula) tidak mungkin bereksisitensi tanpa bentuk (al-Shurat). Bentuk dapat bereksistensi dengan sendirinya tanpa materi. Jika tidak, secara pasti kita tidak mungkin menggambarkan adanya modifikasi (perubahan) pada benda. Perubahan tersebut adalah suatu kemungkinan dan inilah yang dimaksud dengan pengertian bentuk materi.
3) Jiwa, adalah penggerak bagi manusia dan digerakkan dengan dua jenis alat, yaitu alat-alat jasmaniah yang berupa buatan dan berupa alamiah, seperti kaki dan tangan, dan alat-alat rohaniah. Alat-alat alamiah disebut juga dengan pendoronh naluri (al-harr al-gharizi) atau roh insting. Ia terdapat pada setiap makhluk yang berdarah. Jiwa menurutnya adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati. Diakherat jiwalah yang akan menerima pembalasan, baik alasan kesenangan (syurga) maupun balasan siksaan (neraka).
4) Akal dan ma’rifah, akal menempati posisi yang sangat penting, karena dengan akal manusia dapat mengetahui segala sesuatu, termasuk dalam mencapai kebahagiaan dan masalah ilaahiyyat. Akal terbagi menjadi dua jenis : akal teoritis (diperoleh hanya dengan pemahaman terhadap sesuatu yang konkrit atau abstrak) dan akal praktis (diperoleh melalui penyelidikan / eksperimen) sehingga memperoleh pengetahuan. Menurutnya, manusia dapat mencapai puncak ma’rifah dengan akal semata. Setelah mereka bersih dari sifat kerendahan dan keburukan akan dapat berstu dengan akal aktif dan ketika itulah manusia akan memperoleh puncak ma’rifah karena limpahan dari Allah.
5) Politik, menurutnya Negara dibagi menjadi Negara utama (al-Madinat al-Fadhilat) atau sempurna dan Negara yang tidak sempurna, seperti negar Jahilah, fasiqah dan lain-lain. Warga Negara utama menurutnya tidak lagi memerlukan Dokter dan Hakim, sebab mereka hidup dalam keadaan puas terhadap segala rezeki yang diberikan oleh Allah (al-Qana’ah).
C. Ibnu Sina
v Sejarah Hidup
Abu 'Ali al-Husain bin' Abd Allah bin sina[4], yang dikenal sebagai Abu Ali Sina, atau Ibnu Sina atau barat mengenalnya dengan nama Avicenna[5], lahir pada tahun 980 di Asfshana, daerah dekat Bukhara (kini wilayah Uzbekistan) meninggal 1037 di Hamedan (kini wilayah Iran). Beliau adalah seorang kebangsaan Persia yang ahli matematikawan, dokter, ensiklopedis dan filsuf yang tekenal dizamannya.
Karyanya paling terkenal adalah Buku Penyembuhan, yang memuat ensiklopedi luas dan filosofis ilmiah (Al Qanun Al Tibb) The Canon of Medicine, yang merupakan standar medis di banyak perguruan tinggi zaman modern. The Canon of Medicine telah digunakan sebagai buku teks di perguruan tinggi dari Montpellier dan Louvain pada akhir 1650, sehingga Ibnu Sina dianggap sebagai bapak dari pengobatan modern.
Pada usia 17 tahun, Ibnu Sina berhasil menyembuhkan seorang raja di Bukhara, yaitu Nooh Ibnu Mansoor, setelah semua tabib terkenal yang diundang gagal menyembuhkan sang raja tersebut. Dan sebagai balasannya, Ibnu Sina diizinkan untuk membaca semua buku-buku di perpustakaan kerajaan yang sangat besar yaitu yang bernama Kutub Khana, tetapi suatu ketika perpustakaan itu terbakar, dan Ibnu Sina di tuduh sebagai orang yang membakarnya. Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah.
v Klasifikasi Ilmu Menurutnya
Ada tiga diantaranya :
1) Jiwa
Secara garis besarnya pembahasan Ibnu Sina tentang jiwa terbagi menjadi dua bagian :
a) Fisika, membicarakan tentang tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
Ø Jiwa tumbuh-tumbuhan mempunyai tiga daya, yaitu makan, tumbuh dan berkembang biak.
Ø Jiwa binatang mempunyai dua daya, gerak dan menangkap. Daya ini terbagi menjadi dua bagian :
a. Menangkap dari luar, yaitu dengan pancaindra.
b. Menangkap dari dalam, yaitu dengan indra-indra batin
Ø Jiwa manusia mempunyai dua daya, yaitu praktis (al-‘amilat) dan teoritis (al-‘alimat). Daya praktis berhubungan dengan jasad. Daya teoritis berhubungan dengan hal-hal yang absrtak.
b) Metafisika, membicarakan tentang hal-hal sebagai berikut.
Ø Alam kejiwaan, berdasarkan pada fenomena gerak dan pengetahuan. Gerak terbagi menjadi dua jenis, yaitu gerakan paksaan (gerakan yang timbul pada suatu benda karena adanya dorongan dari luar) dan gerakan tidak paksaan (gerakan yang terjdi karena hukum alam seperti batu jatuh dari atas ke bawah atau yang berlawanan seperti manusia berjalan dan burung terbang. Padahal, menurut berat badannya manusia mesti diam sedangkan burung seharusnya jatuh ke bumi.
Ø Konsep “aku”, hal ini didasarkan pada hakikat manusia. Jika seseorang membicarakan tentang pribadinya atau mengajak orang lain berbicara, yang dimaksudkan pada hakikatnya adalah jiwanya, bukan jisimnya.
Ø Kontiunitas, didasarkan pada perbandingan jiwa dan jasad. Jasad manusia senantiasa mangalami perubahan dan pergantian, seperti kulit orang tua yang telah mulai mengkerut. Sedangkan jiwa bersifat kontinu, tidak mengalami perubahan dan pergantian. Jiwa yang kita pakai adalah jiwa sejak lahir dan akan berlangsung selama umur tanpa mengalami perubahan. Oleh karena itu, jasad dan jiwa berbeda.
D. Al - Farabi
v Sejarah Hidup.
Al-Farabi Lahir pada tahun 870 M di desa Wasij, bagian dari Farab. Di negeri Barat, al-Farabi dikenal dengan nama Avennaser atau Alfarabius. Ayahnya berasal dari Persia (Suriah) yang pernah menjabat sebagai panglima perang Turki. Sedang ibunya berasal dari Turki. Ia adalah filosof Muslim yang ahli dalam bidang bahasa, sasrta, logika dan filsafat.
v Klasifikasi Ilmu Menurutnya
Ada lima diantaranya :
a. Ketuhanan
Al-Farabi dalam pembahasan tentang ketuhahan mengkompromikan antara filsafat Aristoteles dan Neo-Platonisme, Al-Maujud Al-Awwal (wujud pertama) sebagai sebab pertama bagi segala yang ada. Dalam pembuktian adanya Allah, Al-Farabi mengemukakan dalil Wajib Al-Wujud dan Mumkin Al-Wujud. Wajib Al-Wujud adalah wujudnya tidak boleh tidak mesti mesti ada, ada dengan sendirinya, karena natur-nya sendiri yang menghendaki wujudnya. Esensinya tidak dapat dipisahkan dari wujud, kedunya adalah sama dan satu. Ia adalah wujud yang sempurna, Ia ada selamanya dan tidak didahului oleh tiada. Wajib Al-Wujud inilah yang disebut dengan Allah. Sementara Mumkin Al-Wujud ialah sesuatu yang sama antara berwujud dan tidaknya. Mumkin Al-Wujud tidak akan berubah menjadi wujud actual tanpa adanya wujud yang menguatkan dan yang menguatkan adanya itu bukan dirinya, tetapi adalah Wajib Al-Wujud (Allah).
b. Negara Utama
Tujuan utama filsafat pemerintahan Al-Farabi adalah untuk kebahagiaan manusia. Manusia menurutnya tidak mungkin bisa hidup sendiri. Negara utama, sebagai satu masyarakat yang sempurna (Al-Mujtami’ Al-Kamilah), dalam arti masyarakat yang sudah lengkap bagian-bagiannya, diibaratkan oleh Al-Farabi sebagai organisme tubuh manusia dengan anggota yang lengkap. Demikian pula anggota masyarakat Negara Utama, yang terdiri dari warga yang berbeda kemampuan dan fungsinya, hidup saling membantu atau dengan kata lain senasib dan sepenanggungan. Ia juga menekankan adanya pemberdayaan manusia dalam satu Negara sesuai dengan spesialisasi dan kemampuannya.
c. Jiwa
Jiwa adalah jauhar rohani sebagai form bagi jasad. Kesatuan keduanya merupakan kesatuan secara accident, artinya masing-masing keduanya mempunyai substansi yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa binasa pada jiwa. Jiwa manusia disebut dengan Al-Nafs Al-Nathiqah, berasal dari alam Ilahi, sedangkan jasad berasal dari khalq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. [6]Bagi Al-Farabi, jiwa manusia mempunyai daya-daya sebagai berikut :
Ø Daya Al- Muharrikat (gerak), daya ini yang mendorong untuk makan, memelihara, dan berkembang.
Ø Daya Al-Mudrikat (mengetahui), daya ini yang mendorong untuk merasa dan berimajinasi.
Ø Daya Al-Nathiqat (berpikir), daya ini yang mendorong untuk berpikir secara teoritis dan praktis.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Para filosof muslim mereka dapat melahirkan ilmu-ilmu dengan pemikiran mereka yang sistematis, universal dan radikal (berfikir sampai pada akar-akarnya) yang semuanya itu diperoleh melalui jalan berfilsafat.
Ikhwan As-Shafa’, seorang tokoh filosof muslim, disamping ia adalah seorang filosof, ia adalah seorang yang ahli dalam bidang matematika, fisika, ilmu alam, ilmu ketuhanan dan ilmu tentang jiwa. Klasifikasi ilmu menurutnya dibagi menjadi empat macam :
v At-Tawfiq dan At-Talfiq
v Ketuhanan
v Emanasi
v Matematika
Ibnu Bajjah, adalah seorang tokoh filosof muslim yang ahli pula dalam bidang asrtonomi, fisika, musikus dan matematika. Klasifikasi ilmu menurutnya ada lima macam :
v Metafisika (ketuhanan)
v Materi dan bentuk
v Jiwa
v Akal dan ma’rifah
v Politik
Ibnu Sina, adalah tokoh filosof muslim yang ahli dalam bidang matematika, fisika, logika, hukum, astronomi dan kedokteran. Karya terbesarnya dalam bidang kedokteran adalah “Qanun fi at-Thibb”, dimana karyanya ini menjadi sumber rujukan di negara-negara Timur dan Barat. Klasifikasi ilmu menurutnya ada dua :
v Rekonsiliasi antara agama dan filsafat
v Jiwa, dibagi menjadi dua bagian :
a. Fisika, membicarakan jiwa manusia, tumbuhan dan jiwa binatang.
b. Metafisika, membicarakan tentang alam kejiwaan, konsep “aku” dan kontiunitas.
Al-Farabi adalah seorang tokoh filosof Muslim yang juga ahli dalam bidang …. Klasifikasi ilmu menurutnya ada tiga macam :
v Ketuhanan
v Negara utama
v Jiwa, menurutnya jiwa manusia memiliki daya-daya kemampuan untuk bergerak, mengetahui dan berpikir.
Dengan demikian jelaslah, bahwa para filosof muslim bukan hanya seorang yang ahli dalam bidang filsafat agama, dengan pemikiran mereka yang kritis, mereka mampu melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, yang bermanfaat bagi kehidupan generasi mendatang.
2. Saran
Pembahasan didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karenanya penulis membutuhkan saran dan kritik dari para pakar ilmu dan pembaca semua. Semoga melalui makalah ini, kita dapat mengambil kebaikan yang terkandung didalamnya.
HASIL REFLEKSI
A. Dian Isti’anah
Berfilsafat bukan hanya tertuju pada permasalahan agama semata, sudah sangat jelas dari pembahasan makalah diatas. Ikhwan As-Shafa’, biarpun dia seorang tokoh filosof Muslim, ia membahas dalam klasifikasi ilmunya tentang matematika. Ibnu Bajjah, dalam klasifikasi ilmu menurutnya, ia membahas tentang jiwa, akal dan ma’rifah, dan politik. Ibnu Sina membahas tentang konsep jiwa yang didalamnya membahas tentang fisika dan metafisika. Begitu juga dengan Al-Farabi, ia membahas tentang konsep Negara utama dan jiwa. Namun tidak dapat dipungkiri dalam pembahasan masing-masing tokoh filosof Muslim diatas tetap mengutamakan pembahasan tentang ketuhanan.
B. Isnaeni Rakhmawati
Para filosof Muslim telah banyak memberikan sumbangan yang besar bagi dunia ilmu pengetahuan. Dengan jalan berfilsafat mereka mampu melahirkan karya-karya besar yang penting dan sangat berguna bagi kehidupan kita di zaman sekarang. Berkat karya Ikhwan As-Shafa’, kita dapat mempelajari ilmu matematika, fisika, ilmu alam dan ilmu jiwa. Dari karya Ibnu Bajjah, kita dapat mempelajari ilmu astronomi, seni musik dan sebagainya. Dan dari karya Ibnu Sina, kita dapat mempelajari tentang ilmu kedokteran, yang sangat membantu dalam dunia medis. Semua ilmu-ilmu tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehingga sangat bermanfaat dan membantu kita dalam kehidupan sehari-hari.
C. Bisri Mustofa
Semua tokoh-tokoh islam mempunyai tujuan filsafat dan agama yang sama bahwa filsafat bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah sedangkan agama bertujuan untuk mendidik jiwa manusia supaya mereka dapat mencapai kebahagiaan baik dunia maupun akhirat.
Tokoh-tokoh islam juga menghasilkan risalah-risalah yang di klasifikasikan dalam4 bidang yaitu: matematika, fisika, ilmu jiwa, dan ilmu-ilmu ketuhanan.
D. Hafidz Fardiansyah
Bahwa semua tokoh-tokoh islam berpendapat dan bertujuan yang sama yaitu dalam berfilsafat maupun dalam urusan agama, tujuan dari filsafat menurut mereka yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan agama bertujuan untuk mendidik jiwa manusia supaya mereka dapat mencapai kebahagiaan baik dunia maupun akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Zar, Sirajuddin. 2009. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: Rajawali Pers
http://www.google.com/nama+lengkap+ibnu+sina=php.(diakses pada tgl 20 oktober 2011 pukul14:45)
Leamon, Oliver. 2002. Sebuah Pendekatan Tematis. Bandung: Mizan
Nasution, Harun. 1973. Filsafat dan Misticisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang
[1] Muhammad ‘Athif Al-‘Iraqy, al-Falsafat al-Islamiyyat, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1978)hlm. 29
[2] Muhammad Athil al-Iraqy, op.cit,. hlm. 30
[3] T.J De Boer, op.cit., hlm. 131
[4]http://www.google.com/nama+lengkap+ibnu+sina=php.(diakses pada tgl 20 oktober 2011 pukul14:45)
[5] Sebutan dari Orang latin
[6] Ahmad Dauly, Allah dan Manusia Dalam Konsepsi Syekh Nuruddin Ar-Raniry, (Jakarta: Rajawali, 1983), hlm. 136
Post a Comment for "KLASIFIKASI ILMU MENURUT FILOSOF MUSLIM"
silahkan tulis pendapatmu disini